Suso: Winger Elegan dengan Kaki Kiri Beracun yang Pernah Bikin San Siro Bersajak

Kalau banyak pemain naik level karena pace dan power, Suso naik karena kehalusan.
Dia bukan sprinter. Tapi lo kasih dia bola di kanan, satu lawan satu, terus lo kasih space dua meter… boom — cut inside, curling ke tiang jauh.

Suso itu seniman. Mainnya gak pernah buru-buru, tapi selalu penuh intensi.
Dan meskipun kariernya gak seterkenal nama-nama lain seangkatannya, dia tetap punya tempat di hati fans — terutama Milanisti dan Sevillistas.


Awal Karier: Dari Cádiz ke Akademi Liverpool

Suso lahir tahun 1993 di Cádiz, Spanyol. Dia punya bakat teknik tinggi dari kecil, dan di usia 16 tahun, langsung ditarik masuk akademi Liverpool.

Waktu itu, Liverpool lagi nyari pemain muda dengan gaya main khas Spanyol, dan Suso dianggap “the next David Silva.”

Dia naik ke tim utama saat era Brendan Rodgers, dan tampil di beberapa laga Premier League & Liga Europa. Gaya mainnya udah kelihatan:

  • Kaki kiri dominan banget
  • Dribel sempit oke
  • Umpan terukur
  • Gak panikan di bawah tekanan

Tapi masalahnya, Premier League saat itu belum cocok buat pemain kalem model Suso.
Fans minta direct. Suso mainnya sabar.
Akhirnya dia sempat dipinjamkan ke Almería (La Liga) — dan justru di sanalah dia nemuin ritme aslinya.


AC Milan: Tempat Suso Naik Level dan Jadi Ikon San Siro

Tahun 2015, Suso pindah ke AC Milan — klub legendaris yang lagi dalam fase pembangunan ulang.
Di awal, dia gak langsung jadi starter. Tapi saat pelatih Milan sadar mereka butuh kreator dari sisi kanan, Suso langsung dikunci.

2016–2019 adalah era emasnya bareng Milan.
Dia:

  • Jadi creator utama dari sayap kanan
  • Cetak 7–8 gol per musim
  • Sering jadi pemain paling konsisten
  • Ngecut inside ke kiri → curling ke tiang jauh = signature move

Suso bahkan sempat jadi tumpuan serangan utama Milan, karena dia bisa:

  • Tahan bola saat tim under pressure
  • Buka ruang buat overlapping fullback
  • Ngatur tempo di tengah chaos
  • Eksekusi set-piece

Fans Milan respect banget karena dia pemain yang gak neko-neko. Gak banyak drama, tapi rajin kasih kontribusi nyata.


Gaya Main: Otak Jalan Duluan, Baru Kaki

Suso bukan tipe winger kekinian yang hidup dari sprint. Tapi justru itu yang bikin dia beda.

Kekuatan utamanya:

  1. Cut inside dari kanan = jaminan bahaya
  2. Passing vision tajam — bisa pick umpan yang gak dilihat orang
  3. Dribel halus — bukan gaya freestyle, tapi efektif
  4. Tenang banget — selalu cari opsi, gak pernah panik

Dia sering disebut kayak James Rodríguez versi lebih lowkey.
Mainnya pelan, tapi impactful.
Dan meskipun kaki kanan hampir gak dipakai, dia jarang ketebak.


Masuk Timnas Spanyol: Kilat Tapi Bermakna

Suso sempat dipanggil ke Timnas Spanyol senior, debut di 2017, dan tampil beberapa kali.
Tapi sayangnya, dia main di era yang:

  • Penuh saingan (Isco, David Silva, Mata, Pedro, dll.)
  • Pelatih gonta-ganti sistem
  • Gak ada slot buat pemain sayap “tradisional” kayak dia

Total dia main 4 kali untuk La Roja, cetak 1 gol.
Buat pemain dengan gaya Suso, panggilan timnas itu udah validasi kualitasnya.


Pindah ke Sevilla: Momen Reinkarnasi

Tahun 2020, Suso gabung ke Sevilla, awalnya pinjaman dari Milan, lalu jadi permanen.
Dan… langsung nyetel.

Kenapa? Karena:

  • Sevilla pakai skema yang support winger kaki kiri main di kanan
  • Dia dapet kebebasan kreatif di bawah Julen Lopetegui
  • Main bareng En-Nesyri, Ocampos, Rakitic = klik

Highlight-nya?
Liga Europa 2019/20, dia jadi bagian penting Sevilla angkat trofi.
Meskipun bukan top scorer atau MVP, dia sering jadi pembeda di babak gugur.


Masalah Cedera: Musim Fluktuatif, Tapi Masih Berkontribusi

Setelah dua musim stabil, Suso mulai sering kena cedera otot & engkel.
Dan karena dia tipe pemain yang ngandelin ritme, begitu cedera… performanya drop.

Tapi Suso bukan tipe pemain yang ‘ngilang’.
Dia tetap:

  • Latihan full recovery
  • Balik pelan-pelan ke skuad
  • Sering jadi supersub
  • Gak banyak protes soal menit main

Dia ngerti banget perannya berubah. Tapi kualitas passing dan temponya tetap dibutuhin Sevilla, terutama di laga-laga berat.


Kenapa Suso Gak Pernah Jadi “Superstar”?

  1. Mainnya gak spektakuler
    – Gak cocok buat highlight TikTok
  2. Gak eksplosif secara fisik
    – Gak bisa sprint 90 menit kayak winger modern
  3. Terlalu bergantung pada kaki kiri
    – Lawan bisa antisipasi
  4. Main di era transisi klub besar
    – Di Milan, tim lagi rebuild. Di Spanyol, saingan terlalu ketat.

Tapi semua itu gak menghapus fakta:
Suso itu pemain pintar, loyal, dan berkualitas. Di sistem yang cocok, dia bisa jadi pembeda.


Legacy: Winger Seniman yang Gak Pernah Nyerah

Suso mungkin gak bakal punya trofi Ballon d’Or atau masuk top 10 assist sepanjang masa. Tapi dia:

  • Jadi ikon di Milan pas masa sulit
  • Juara Europa League bareng Sevilla
  • Punya gol dan assist penting di banyak laga krusial
  • Dikenal pelatih-pelatih top sebagai pemain “mudah diajak kerja sama”

Dan buat fans yang suka permainan yang gak cuma cepat tapi juga penuh kontrol dan visi, Suso selalu spesial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *